Persoalan kependudukan
yang dihadapi Indonesia, bukan hanya rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya
derajat kesehatan, tingginya pengangguran, juga persoalan remaja terkait
pergaulan bebas, pernikahan dini, penyalahgunaan napza, dan sebagainya. Mungkinkah kita dapat
mewujudkan generasi emas jika masalah-masalah kependudukan ini tidak segera diatasi?.
Pengabaian terhadap permasalahan kependudukan saat ini dapat membentuk generasi penerus yang rentan di masa
depan..
Hasil survey ‘Bonus Demografi Gue Muda’ yang diadakan pada 21-29 Maret 2022 dengan menggunakan metode purposive sampling yang dilakukan di tujuh kota besar meliputi Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan Surakarta. menunjukkan, dari 405 responden yang berasal dari generasi Z dan milenial, sebanyak 37 persen responden tidak menyadari bahwasannya mereka adalah bagian dari periode bonus demografi. Oleh karenanya dianggap penting untuk mempersiapkan generasi yang berkualitas, agar tenaga kerja yang melimpah menjadi berkah bagi kemakmuran dan kemajuan bangsa, bukan menjadi beban pembangunan.
Pendidikan kependudukan
pada generasi muda, utamanya pelajar di sekolah bertujuan membangun pemahaman
dan kesadaran serta sikap dan perilaku berwawasan kependudukan melalui program Sekolah Siaga Kependudukan
(SSK).
Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) adalah sekolah yang
mengintegrasikan pendidikan kependudukan dan keluarga berencana ke dalam
beberapa mata pelajaran sebagai pengayaan materi pembelajaran, di mana di
dalamnya terdapat pojok kependudukan (population
corner) sebagai salah satu sumber belajar peserta didik sebagai upaya
pembentukan generasi berencana, agar guru dan peserta didik dapat memahami isu
kependudukan dan guru mampu mengintegrasikan isu kependudukan ke dalam pembelajaran
sesuai dengan kurikulum yang ada.
Tujuan dari
adanya SSK ini setidaknya ada tiga, yakni: (1) memupuk kesadaran akan kondisi
kependudukan di wilayah tempat tinggal masing-masing siswa; (2) menumbuhkan
sikap bertanggung jawab dan perilaku adaptif berkaitan dengan dinamika
kependudukan: (3) mengembangkan sikap yang tepat dalam mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah-masalah kependudukan kelak ketika mereka menjadi
dewasa. Maka dalam konteks program SSK ini, siswa perlu diajak untuk bersikap:
(1) Saya Sadar (I aware) mengenai perkembangan jumlah penduduk
dunia, kebutuhan dan ketersediaan air, pangan dan energi, (2) Saya Peduli (I
care) mengenai isu-isu kependudukan, serta (3) Saya Melakukan (I
do) mulai melakukan langkah-langkah aksi nyata melalui perilaku hidup
berwawasan kependudukan. ((Mardiya, “Mengenal Sekolah
Siaga Kependudukan”,www.kulonprogokab.go.id, Mei 2018).
Pelaksanaan SSK dimulai dengan pengintegrasian
pendidikan Kependudukan dan Keluarga Berencana ke dalam mata pelajaran yang
relevan seperti Geografi, Sosiologi, Ekonomi, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan, dan Bimbingan Konseling.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa didesign
sedemikian rupa sehingga dapat mendorong siswa untuk aktif mengobservasi,
mencari data, mengolah data, dan menganalisis data kependudukan dengan
melaksanakan kunjungan langsung ke lapangan atau ke kantor-kantor yang
menyediakan data kependudukan seperti Badan Pusat Statistik (BPS) atau Dinas
kependudukan dan Catatan Sipil. Sekolah juga perlu memberi kesempatan pada
siswa untuk berinteraksi dan melakukan proses belajar mengajar bersama tenaga medis
(bidan) sehingga permasalahan-permasalahan para siswi yang sering dirasakan
sehari-hari dan kelak yang akan mereka hadapi dapat langsung dikonsultasikan
dengan tenaga medis yang kompeten. Kegiatan seperti ini harus dilanjutkan
dengan optimalisasi bimbingan konseling bersama guru BK dan tenaga medis agar
para siswa dapat berkonsultasi diluar jam pelajaran namun tetap berada di
lingkungan sekolah (Mardiya, Idem).
Kunjungan siswa ke Posyandu, wawancara dengan ibu
hamil dan nifas, dapat dilakukan sebagai salah satu program dalam pelaksaan
SSK. Selain menambah pengetahuan, membuka wawasan, juga mampu membangun
kesadaran siswa pentingnya membentuk keluarga sehat, sejahtera dan terencana
untuk mencegah maraknya pernikahan dini yang secara mental, sekonomi, dan
reproduksi belum siap. Harapannya siswa memiliki pengetahuan yang utuh dan
peduli tentang masalah-masalah kependudukan yang ada di lingkungannya.
Daftar
Pustaka
Aprilia Ika. 2022. Banyak Anak Muda Tak Sadar Jadi Bonus Demografi. https://money.kompas.com/read/2022/04/01/080327826/banyak-anak-muda-tak-sadar-jadi-bagian-bonus-demografi. ( 10 september 2023).
Mardiya, 2018. Mengenal
Sekolah Siaga Kependudukan. https://kulonprogokab.go.id/v31/detil/4962/mengenal-sekolah-siaga-kependudukan. (10 September 2023).